Browse By

Menyikapi Anak yang Mulai Menyukai Lawan Jenis

Pertanyaan :

Bunda Canti dan Bunda Dedeh, bagaimana cara menyikapi bila anak kita yang berusia 13 tahun mulai bertanya, “Ma, boleh gak aku pacaran?”. Apa kira2 yang harus kita lakukan sebagai seorang ibu, jika si anak sudah mulai suka dengan lawan jenis? Terutama buat kita para Ibu yang di Jerman ini. Soalnya disini berbeda sekali dengan di Indonesia baik lingkungan maupun cara bergaulnya. Terimakasih banyak, Bunda. (Ibu Nn, Stuttgart)

Jawaban :

Ibu Nn di Stuttgart, adalah hal yang normal ketika anak mulai suka pada lawan jenis di umur menginjak dewasa. Menurut saya, tugas kita para orang tua untuk mengarahkan dan membimbingnya perlu dilakukan semenjak anak belum menginjak usia ini. Kita perkenalkan kepada mereka adanya pria dan wanita di dunia ini, dimana ada ayah dan ibu yang nantinya akan lahir anak-anak seperti juga dalam keluarga kita. Orang tua juga perlu menjaga auratnya di hadapan anak-anak, terutama aurat yang besar. Kita juga mulai menjelaskan secara logika anak-anak bila mereka bertanya. Misalnya karena ibu harus memberi minum untuk bayinya, maka ibu punya payudara yang berbeda dengan anak perempuan. Demikianlah Allah menciptakan manusia dengan segala fungsinya.

Jika anak remaja bertanya mengenai pacaran, mungkin kita bisa menggali terlebih dahulu, bagaimana definisi pacaran menurut mereka. Memang tidak bisa dipungkiri, hati kita sudah dag dig dug duluan sambil putar otak, bagaimana kita menjawabnya. Kalau kita menjawab dengan ragu-ragu atau malu-malu atau sebaliknya malah mencoba mengalihkan pertanyaan, maka si anak akan bingung dan menganggap bahwa orang tua tidak memahami dirinya. Dan kalau si anak tidak mendapatkan jawaban yang memuaskannya, bisa jadi ia akan mencari jawabannya sendiri. Mencari jawaban sendiri untuk anak usia muda seperti ini akan berbahaya karena jika ia tidak menemukan jawaban yang benar, maka ia akan terbawa arus begitu saja. Apalagi kita tahu bahwa di luar sana pergaulannya bebas dan memang yang banyak menjadi korbannya adalah anak-anak remaja.

Setahu saya, di usia 13 tahun, ada anak-anak yang sudah mendapatkan pelajaran seks di sekolahnya. Dan setelah itu orang tua dipanggil untuk dijelaskan bahwa anak-anak mereka sudah mendapatkan pelajaran ini, tapi tidak untuk dipraktekkan. Jadi, ada kesan bahwa setelah itu, jika terjadi apa-apa, maka hal tersebut adalah urusan orang tua. Karena itu, sebelum usia ini, sebaiknya memang kita sempat membekali anak-anak kita tentang pendidikan seks sebelum mereka mendapatkannya dari luar atau sekolah.

Menurut saya, jika kita sejak dini sudah memperkuat anak-anak kita dengan pelajaran agama, maka menjelaskan tentang pacaran akan lebih mudah. Kita coba menjelaskannya secara logika, karena lingkungan disini biasanya diterangkan dengan logika juga, misalnya tentang kerugiannya, terutama bagi anak perempuan yang biasanya hanya sebagai obyek saja. Rasa-rasa suka itu hanya sementara. Kalau sudah menemukan yang lain dan sudah tahu kelemahan dari pacar yang sekarang, maka tidak tertutup kemungkinan akan pacaran lagi dengan yang lain. Begitu seterusnya, tidak ada akhirnya jika terus menerus dituruti. Lain halnya dengan membentuk keluarga, maka hal tersebut lebih kepada tanggung jawab dan perencanaan masa depan. Contoh-contoh negatif dari pacaran dapat kita ambil dari lingkungan sekitar. Kalau kita hanya menasehati agar jangan sampai hamil, maka anak remaja biasanya sudah punya cara jitu untuk mengatasi hal ini. Kita tentunya sangat tidak menginginkan hal seperti ini karena kultur kita yang sangat dekat dengan kesopanan, apalagi kalau dilihat dari sisi agama. Jika anak punya rasa malu yang dominan dan kedekatan pada keluarga, biasanya mereka akan lebih mudah untuk menjauhi pergaulan bebas.

Cara menasehati anak, menurut saya, kita masing-masing orang tua tahu bagaimana cara yang disukai si anak agar nasehat kita diterima. Jangan sampai kita panik lalu kita larang semuanya dengan ketat. Tarik ulur perlu dilakukan, dengan mempertimbangkan resiko-resiko yang akan terjadi. Kalau kita tidak merestui anak untuk pacaran, maka kita perlu carikan kesibukan untuknya seperti sport, acara bersama keluarga atau mencarikan untuknya teman sesama jenis yang pergaulannya tidak bebas. Kita orang tua harus menyediakan waktu untuk mereka. Karena kita perlu memahami bahwa kesendirian atau adanya waktu luang pada usia remaja akan dapat membawa anak kita memikirkan rasa suka terhadap lawan jenisnya.

Mungkin demikian Ibu Nn yang bisa saya share kepada Ibu, semoga anak-anak kita semua terlindung dari pergaulan bebas.

( Canti Besari )

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *